Autocidal Ovitrap : Alternatif Pengendalian Vektor DBD
Pengelolaan lingkungan atau mekanik yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat dalam mengendalikan vektor dengue adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras, menutup dan menimbun) tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti . Kegiatan PSN sudah lama dilaksanakan namun hasilnya masih kurang dari yang diharapkan.
Alternatif lain dalam pengelolaan lingkungan dalam upaya kegiatan pencegahan penyakit DBD adalah dengan memasang suatu alat yang disebutOviposision trap (ovitrap). Alat ini pertama kali di kembangkan oleh Fay dan Eliason tahun 1966 , setelah itu Central for Diseases Control and Prevention (CDC) menggunakannya dalam kegiatan surveilans Ae aegypti. Ovitrap standar terbuat dari tabung gelas plastik (350 mililiter), tinggi 91 milimeter dan diameter 75 milimeter dicat hitam bagian luarnya, diisi air tiga per empat bagian dan diberi lapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai tempat bertelur. Cara ini terbukti berhasil menurunkan densitas vektor di Singapura dengan memasang 2.000 ovitrap di daerah endemis DBD 1.
Beberapa penelitian terkait ovitrap membuktikan bahwa ovitrap cukup efektif dalam pengendalian vektor DBD. Penelitian yang dilakukan Zeichner & Perich (1999) yaitu dengan membuatlethal/autocidal ovitrap (perangkap nyamuk yang mematikan) pada ovistrip diberi insektisida, hasilnya secara signifikan dapat mengendalikan populasi nyamuk Ae. aegypti 2. Modifikasi ini juga dilakukan oleh Tokan (2008) dengan menggunakan insektisida Cypermethrin dengan konsentrasi 5% menggunakan metode lethal ovitrap dapat membunuh nyamuk serta menurunkan daya tetas telur Ae.aegypti sebesar 70% 3.
Selain itu modifikasi ovitrap menjadi autocidal ovitrap juga dilakukan oleh Sithiprasasna et al(2003) di Thailand dengan memasang kasa nilon pada permukaan air di ovitrap, hasilnya mampu mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti 4. Hal serupa juga dilakukan oleh Sayono (2008) di kota Semarang modifikasi ovitrap yang dilakukan berhasil menangkap nyamuk lebih banyak pada atraktan yang berisi air rendaman udang5. Begitu pula yang dilakukan oleh Umniyati (2004) di Kabupaten Bantul,Autocidal ovitrap juga berhasil menurunkan angka HI, CI dan meningkatkan ABJ 6.
Salah satu modifikasi ovitrap yaitu dengan menambahkan zat atraktan tertentu, hal ini terbukti meningkatkan jumlah telur yang terperangkap. Penggunaan atraktan dari beberapa studi memperlihatkan prospek yang cukup baik dalam memantau dan menurunkan kepadatan vektor DBD 7,8. Atraktan dapat berasal dari kandungan tanaman yang mudah ditemukan di sekitar masyarakat atau bahan lain yang mempunyai aroma yang dapat menarik nyamuk untuk bertelur. Salah satu atraktan yang dapat menarik nyamuk untuk bertelur adalah atraktan air rendaman jerami. Polson et al (2002) menggunakan atraktan air rendaman jerami dan membuktikan jumlah telur yang terperangkap delapan kali lipat dibandingkan ovitrap standar7. Hal serupa juga dilakukan oleh Santos et al (2003) dengan menggunakan air rendaman jerami 10% dan dikombinasikan dengan Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti) terbukti jumlah telur yang terperangkap lebih banyak 9. Penelitian Autocidal ovitrap di Kabupaten Gunungkidul juga menunjukkan hal yang sama, rerata nyamuk yang terperangkap padaautocidal ovitrap dengan atraktan rendaman jerami lebih besar dua kali lipat dibandingkan rerataautocidal ovitrap dengan air biasa10.
Penggunaan autocidal ovitrap belum populer di kalangan masyarakat secara luas dan belum banyak digunakan sebagai alat untuk pengendalian populasi nyamuk Ae. Aegypti. Penggunaan autocidal ovitrapdan jerami sebagai atraktan pada daerah-daerah pertanian di Indonesia dapat dijadikan solusi pengendalian vektor berbasis lokal pada daerah-daerah endemis DBD. Selain sebagai alat pengendali vektor, autocidal ovitrap juga berfungsi untuk mengumpulkan data monitoring kepadatan vektor dan adanya potensi penularan vertikal secara transovarial di suatu daerah11, 12. Bahkan penelitian Gama et al, (2007) di Brazil menunjukkan hasil bahwa ovitrap lebih seinsitif daripada survey larva dalam mendeteksi keberadaan nyamuk Aedes sp 13, sehingga program pengendalian vektor terpadu dan deteksi dini penularan bisa dilakukan lebih cepat. Mengatasi masalah dengan sumber daya lokal merupakan cirri Kesehatan Masyarakat.
Artikel Lengkap Silahkan Download: Disini
REFERENSI
13. Gama RA, Silva EM, Silva IM, Resende MC, Eiras ÁE. Evaluation of the sticky MosquiTRAP™ for detecting Aedes (Stegomyia) aegypti (L.) (Diptera: Culicidae) during the dry season in Belo Horizonte, Minas Gerais, Brazil. Neotropical Entomology. 2007 2007/04//;36(2):294-302.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar